Berita

Krisis RAM Smartphone Bikin Produsen Putar Arah: RAM 4GB Comeback, 16GB Tak Lagi Jadi Standar

Dexop.com – Krisis RAM Smartphone kini menjadi isu serius yang mulai mengubah arah industri ponsel global. Setelah bertahun-tahun berlomba menghadirkan kapasitas memori semakin besar, produsen justru dipaksa mengambil langkah mundur. Bukan karena inovasi baru, melainkan akibat tekanan pasokan DRAM yang kian menipis di pasar global.

Laporan terbaru dari firma riset TrendForce menyebut Krisis RAM Smartphone berpotensi berlangsung panjang dan berdampak langsung pada strategi produk berbagai merek. Ponsel entry-level di masa depan diprediksi kembali hadir dengan RAM 4GB, sementara adopsi RAM 16GB di kelas flagship akan melambat secara signifikan.

Situasi ini bukan sekadar fluktuasi jangka pendek. TrendForce memperkirakan tekanan pasokan DRAM akibat krisis memori global masih akan terasa hingga setidaknya akhir 2027. Artinya, Krisis RAM Smartphone akan menjadi tantangan struktural, bukan sekadar hambatan sementara.

Entry-Level dan Mid-Range Ikut Terpukul

Dampak Krisis RAM Smartphone paling terasa di segmen entry-level dan menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung penjualan global. Smartphone kelas bawah diperkirakan kembali menggunakan RAM 4GB sebagai standar, sementara ponsel mid-range yang sebelumnya menawarkan RAM 12GB kini berpotensi turun ke RAM 8GB untuk varian dasar.

Konfigurasi ekstrem seperti RAM 24GB yang sempat menjadi kebanggaan flagship Android kemungkinan akan menghilang untuk sementara. Dalam kondisi Krisis RAM Smartphone, kapasitas memori besar dianggap tidak lagi sebanding dengan biaya produksi yang harus ditanggung produsen.

Langkah ini diambil bukan tanpa risiko. Namun bagi industri, memangkas RAM dinilai lebih realistis dibandingkan menaikkan harga jual secara agresif di tengah persaingan ketat.

Ledakan AI Memperparah Krisis

Akar Krisis RAM Smartphone tidak lepas dari ledakan kebutuhan komputasi kecerdasan buatan (AI). Permintaan memori untuk server AI, pusat data, dan komputasi performa tinggi meningkat tajam, menyedot pasokan DRAM dalam jumlah besar.

Dalam kondisi ini, industri smartphone harus berbagi pasokan dengan sektor yang memiliki nilai investasi jauh lebih besar. Akibatnya, ponsel pintar bukan lagi prioritas utama dalam rantai distribusi chip memori.

Samsung, sebagai salah satu pemain utama industri DRAM, disebut mulai menyesuaikan arah produksinya. Perusahaan dikabarkan meningkatkan fokus pada DDR5 demi menjaga margin keuntungan, sebuah langkah yang mencerminkan betapa seriusnya Krisis RAM Smartphone di tingkat manufaktur.

Konsumen Kelas Menengah Jadi Korban Terbesar

Ironisnya, Krisis RAM Smartphone terjadi saat ponsel kelas menengah justru mendominasi pasar. Data Counterpoint Research mencatat Samsung Galaxy A16 5G dengan RAM 8GB sebagai smartphone Android terlaris pada kuartal ketiga 2025.

Fakta ini menunjukkan bahwa mayoritas konsumen berada di segmen yang paling terdampak oleh penurunan spesifikasi. Jika tren ini berlanjut, pengguna harus memilih antara menambah anggaran untuk mendapatkan RAM lebih besar atau menerima performa yang lebih terbatas.

Dalam konteks ini, Krisis RAM Smartphone bukan hanya isu industri, tetapi juga persoalan pengalaman pengguna sehari-hari.

Efek Domino ke Laptop dan PC

Dampak Krisis RAM Smartphone juga menjalar ke sektor lain. Industri laptop dan PC diprediksi akan menghadapi kenaikan harga pada awal 2026 akibat lonjakan harga RAM. Produsen komputer berada di posisi sulit: menaikkan harga atau memangkas spesifikasi.

Kondisi ini memperlihatkan bahwa krisis memori bersifat lintas industri dan tidak terbatas pada smartphone semata.

Optimasi Software Jadi Kunci Bertahan

Di balik tekanan hardware akibat Krisis RAM Smartphone, muncul dorongan kuat untuk meningkatkan efisiensi software. Produsen Android diperkirakan akan semakin menekan Google agar sistem operasi Android lebih optimal berjalan di kapasitas RAM yang lebih kecil.

Pendekatan ini mengingatkan pada strategi Apple dengan iOS, yang selama ini dikenal mampu mempertahankan performa stabil tanpa mengandalkan RAM besar.

Namun tantangan semakin kompleks di era AI on-device. Di satu sisi, fitur AI membutuhkan memori besar, sementara di sisi lain Krisis RAM Smartphone membatasi ruang gerak produsen.

Solusi Alternatif di Tengah Keterbatasan

Untuk mengatasi hambatan tersebut, sejumlah perusahaan teknologi mulai mengembangkan pendekatan baru. Apple dikabarkan mengeksplorasi metode menyimpan model AI langsung di media penyimpanan flash, bukan sepenuhnya di RAM.

Samsung juga disebut tengah merancang penyimpanan UFS khusus yang dioptimalkan untuk generative AI. Solusi ini diharapkan mampu menjaga pengalaman AI tanpa memperparah Krisis RAM Smartphone.

Masa Depan Smartphone di Era Krisis

Melihat berbagai indikator, Krisis RAM Smartphone tampaknya akan membentuk ulang arah industri ponsel dalam beberapa tahun ke depan. Fokus pemasaran tidak lagi bertumpu pada angka RAM besar, melainkan pada efisiensi sistem, manajemen memori cerdas, dan optimalisasi software.

Setelah bertahun-tahun menikmati lonjakan spesifikasi, konsumen kini memasuki fase baru—di mana kecerdikan software menjadi penentu utama pengalaman pengguna.

Dalam kondisi Krisis RAM Smartphone yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda, hanya produsen yang mampu beradaptasi dan berinovasi yang akan bertahan dan memimpin persaingan.

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button