China Akhirnya Bicara, Pengambilalihan TikTok Harus Sesuai Aturan

Dexop.com – Pemerintah China akhirnya angkat suara mengenai rencana Pengambilalihan TikTok di Amerika Serikat. Melalui Kementerian Perdagangan, Beijing mengisyaratkan sikap terbuka terhadap skema tersebut, namun menegaskan bahwa setiap pengaturan harus sepenuhnya mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku di China.
Pernyataan ini disampaikan menyusul pengumuman TikTok terkait pembentukan entitas usaha patungan baru di AS yang akan mengambil alih operasional platform tersebut. Entitas tersebut dikendalikan oleh konsorsium investor Amerika Serikat dan dirancang untuk menjawab kekhawatiran Washington terkait keamanan data.
“Pemerintah China berharap perusahaan-perusahaan yang terlibat dapat mencapai solusi yang sesuai dengan hukum dan regulasi China serta menyeimbangkan kepentingan semua pihak,” ujar juru bicara Kementerian Perdagangan China, He Yongqian, dalam pernyataan resminya pada Kamis.
Meski bernada moderat, pernyataan tersebut dinilai bukan sebagai persetujuan mutlak terhadap Pengambilalihan TikTok. Sejumlah analis menilai Beijing sengaja memilih pendekatan hati-hati agar tetap menjaga kendali atas aspek hukum dan teknologi yang dianggap strategis.
“Ini bukan lampu hijau tanpa syarat,” kata Irina Tsukerman, Presiden perusahaan penasihat strategis Scarab Rising. Menurutnya, kepatuhan terhadap hukum China merupakan syarat inti dalam setiap proses Pengambilalihan TikTok, khususnya yang menyangkut algoritma rekomendasi berbasis kecerdasan buatan.
Pendekatan serupa disampaikan Tom Nunlist, Direktur Asosiasi Kebijakan Teknologi dan Data di Trivium China. Ia menilai pemerintah China menghindari pernyataan publik yang konfrontatif dan menekankan bahwa detail kesepakatan merupakan ranah komersial, selama kepatuhan hukum tetap dijaga.
Isu Pengambilalihan TikTok bukan hal baru dalam hubungan China dan Amerika Serikat. Pada 2020, ByteDance—perusahaan induk TikTok yang berbasis di Beijing—sempat merancang kesepakatan dengan Oracle dan Walmart. Namun rencana tersebut gagal setelah otoritas China memperbarui daftar kontrol ekspor dan memasukkan teknologi algoritma rekomendasi ke dalam kategori yang dibatasi.
Teknologi algoritma tersebut merupakan fondasi utama layanan TikTok. Karena itu, setiap wacana Pengambilalihan TikTok hampir selalu bersinggungan langsung dengan kepentingan strategis China di sektor kecerdasan buatan dan pengelolaan data.
Dalam skema terbaru, ByteDance disebut akan memberikan lisensi teknologi algoritma rekomendasi AI kepada entitas baru bernama TikTok USDS Joint Venture LLC. Perusahaan patungan ini akan menggunakan algoritma tersebut untuk melatih ulang sistem baru yang infrastrukturnya diamankan oleh Oracle.
Langkah ini dimaksudkan untuk meredakan kekhawatiran pemerintah AS terkait keamanan data pengguna. Namun di sisi lain, Beijing ingin memastikan bahwa Pengambilalihan TikTok tidak dipersepsikan sebagai pemaksaan divestasi terhadap perusahaan teknologi unggulan China.
“China ingin hasil akhirnya dilihat sebagai kompromi yang dinegosiasikan, bukan pemecahan perusahaan di bawah tekanan asing,” ujar Tsukerman. Ia menilai narasi ini penting untuk meredam potensi kritik domestik terhadap pemerintah China.
Kementerian Perdagangan China juga mengaitkan proses Pengambilalihan TikTok dengan komunikasi tingkat tinggi antara pemimpin China dan Amerika Serikat. He Yongqian menyebut bahwa kesepakatan tersebut merupakan bagian dari konsensus kerangka kerja dasar yang dicapai melalui dialog, kerja sama, dan prinsip saling menghormati.
Dengan mengaitkan isu ini ke ranah diplomasi bilateral, Beijing dinilai sedang membangun legitimasi politik, baik di dalam negeri maupun di panggung internasional. Strategi ini memungkinkan China tetap mempertahankan kedaulatan regulasi tanpa sepenuhnya menutup peluang kompromi.
Di tengah persaingan teknologi global dan ketegangan geopolitik yang belum mereda, sikap China terhadap Pengambilalihan TikTok mencerminkan pendekatan pragmatis. Beijing berupaya menjaga kendali atas teknologi strategis, sembari tetap membuka ruang negosiasi demi stabilitas hubungan ekonomi global.
Bagi TikTok, hasil akhir dari proses ini akan menentukan masa depan operasionalnya di pasar Amerika Serikat. Sementara bagi China dan AS, Pengambilalihan TikTok telah berkembang menjadi simbol tarik-menarik kepentingan antara keamanan nasional, bisnis global, dan dominasi teknologi di era digital.




